PEKANBARU, AnambasPos.com – Semangat nasionalisasi aset pertambangan minyak dan gas (migas) di Indonesia ternyata tak sebanding dengan produktivitas minyak fosil nasional. Masa emas ketika Indonesia mampu menyedot jutaan barel minyak mentah dari perut bumi tak akan pernah terulang.
Bahkan belakangan, impor minyak mentah ke Indonesia makin meningkat disaat perusahaan minyak yang dulunya dikuasai asing dikelola oleh Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (Pertamina).
Hal ini terungkap dari diskusi yang dilakukan Perkumpulan Pengusaha Migas Energi Baru dan Terbarukan Nusantara (Permigastara) di Pekanbaru. Perkumpulan ini baru saja terbentuk dan pertama kali diperkenalkan di Pekanbaru, Riau.
Ketua Dewan Penasihat Permigastara Ivan Pandopatan Purba mencontohkan pengelolaan Blok Rokan oleh Pertamina Hulu Rokan (PHR) beberapa waktu lalu. Di satu sisi, Riau patut bangga karena minyaknya akan dikelola oleh negara dengan harapan dana bagi hasil Migas makin meningkat.
Namun di sisi lain, produktivitas minyak di daerah yang meliputi Rokan Hilir, Siak, Bengkalis dan Kota Dumai itu saat ini hanya 176 ribu barel per hari. Angka yang jauh dari masa keemasan karena blok ini pernah mencapai angka 1,5 juta barel per hari, seperti dikutip Liputan6.com, Rabu (3/11/2021).
Menurut Ivan, PHR memang berencana meningkatkan produksi hingga 300 ribu per hari. Hanya saja butuh biaya besar mewujudkannya ditambah lagi kebutuhan sumber daya manusia memadai.
Tak hanya itu, peralihan pengelola di Blok Rokan juga membutuhkan masa transisi. Karyawan PT Chevron Pasifik Indonesia melebur ke PHR sehingga membutuhkan penyesuaian.
“Ada dua budaya, yaitu mantan karyawan PT Chevron yang biasa bekerja efisien dengan budaya Pertamina,” kata Ivan, Selasa siang, (2/11/2021).