Inovasi ‘KubeKo’ Ubah Sampah Jadi Komoditi Berharga Bagi Petani Pantai Gading

Dibaca: 334 x

Inovasi 'KubeKo' Ubah Sampah Jadi Komoditi Berharga Bagi Petani Pantai Gading
Petugas mengambil kompos dari alat pengolah limbah Kubeko di Nandibo, Pantai Gading, 19 Oktober 2021. - Foto: ANTARA/Reuters/as.

NANDIBO, AnambasPos.com – Kotak hijau kecil bernama “KubeKo” membantu para petani di Pantai Gading mengubah sampah pertanian menjadi kompos untuk menyuburkan ladang atau gas untuk memasak.

Alat pengolah sampah yang memenangi penghargaan itu dirancang oleh insinyur kimia Noel N’guessan untuk mengubah 30 ton sampah pertanian setiap tahun di negara Afrika Barat itu dan limbah organik lain seperti kotoran hewan, seperti dilansir Antaranews.com, Rabu (10/11/2021).

Para petani, seperti Michael Ahouri yang membuat minyak sawit, tinggal melemparkan sampah organik ke dalam Kubeko dan membiarkannya selama empat pekan.

BACA JUGA  SKK Migas-KKKS Kepri Gelar Media Edukasi Dengan Tema ‘Wartawan Aadalah Kreator'

Satu KubeKo bisa menghasilkan 150 kg kompos per bulan.

“Ini alami, ini organik, cocok untuk tanah kami, untuk kebun kami – kami akan menambah produksi hingga tiga kali lipat,” kata Ahouri usai menebarkan kompos ke akar pohon sawitnya.

Pada Juli, penemuan itu membuat N’guessan meraih sebuah penghargaan inovasi senilai lebih dari 33.700 dolar AS (Rp481 juta) dari Royal Academy of Engineering Inggris.

Saat itu, dia dan timnya telah menjual 50 unit KubeKo ke perkebunan cokelat, kelapa sawit, dan mangga. Kotak-kotak itu dibuat dengan biaya 700 dolar, kata akademi tersebut.

Mereka juga memproduksi biodigester, alat berbentuk kotak metal serupa KubeKo yang menghasilkan gas dari 5 kg limbah untuk memasak selama dua jam per hari dengan produk sampingan berupa kompos cair.

Produksi gas semacam ini bisa menjadi sumber alternatif energi bersih di perdesaan Afrika Barat, menurut laporan Komisi Eropa pada 2018.

Setiap meter kubik biogas –campuran gas, terutama metana dan karbondioksida– diperkirakan bisa menggantikan 5 kg kayu atau 3 kg batu bara, kata laporan itu.

“Daripada membuang limbah kami ke jalan, kami kumpulkan,” kata Ahouri. “Kami melindungi lingkungan karena alih-alih meninggalkannya di sana, kami memakainya.”

 



Terhubung dengan kami

     


Pasang Iklan Banner klik DISINI