ANAMBASPOS.COM, Jemaja Barat – Tim Kajian Akademis dari Universitas Maritim Raja Ali Haji (Umrah) mulai menggali berbagai macam data termasuk data eksisting dari masyarakat yang terdapat di Pulau Jemaja.
Dimulai dari bagian Barat Pulau Jemaja, tim kajian akademis yang turun ke lapangan ketika itu diantaranya Dr.Bismar Arianto, S.Sos., M.Si bersama Dr. Oksep Adhyanto, SH. MH bertatap muka secara langsung kepada masyarakat yang telah berkumpul di titik awal pertemuan yaitu Balai Desa Impol, Kecamatan Jemaja Barat, Sabtu (06/07/2024).
Terpantau awak media ini dilapangan, antusias masyarkat Kecamatan Jemaja Barat yang merupakan kecamatan termuda dan terluar Pulau Jemaja tersebut menyambut kedatangan tim kajian akademisi saat itu tampak begitu jelas.
Ketika berlangsungnya kegitan yang dipimpin oleh seorang tokoh masyarakat, Ramzi selaku moderator, interaksi antara tim kajian akademis bersama masyarakat dari Desa Impol, Sunggak dan Keramut berjalan dengan tertib hingga terjalin komunikasi yang baik.
Berbagai aspek potensi unggulan dari bermacam sektor bidang dikabarkan mereka (masyarakat) yang nantinya mungkin bisa dinilai sebagai penopang ekonomi masa depan atau Pendapatan Asli Daerah (PAD) jika Kepulauan Jemaja bisa direalisasikan sebagai Daerah Otonom Baru (DOB) di ujung Utara Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini.
“Kita punya laut beserta ikanya, kita punya ladang penghasil kopra, cengkeh serta lainya dan yang paling penting adalah, demi menjaga kedaulatan NKRI sebab Kepualuan Jemaja berbatasan langsung dengan beberapa negara tetangga”, kata Yurnalis selaku tokoh masyarakat Desa Impol yang juga menjabat sebagai Kades.
Disisi lain, masyarakat Pulau Jemaja bagian Barat juga mengabarkan bahwa ada juga sumber minyak dan gas bumi di wilayah laut Jemaja Barat.
Setelah itu, pertemuan yang sama juga dilakukan masyarakat yang berada di wilayah Kecamatan Jemaja. Di daerah itu sendiri terdapat 5 desa 1 kelurahan. Antusias masyarakat yang datang untuk menyampaikan informasi langsung maupun dukungan secara nyata memenuhi tenda lapangan Voli di tengah Kota Letung.
Disampaikan juga oleh Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Jemaja bahwa, terkait historis masa lalu, Pulau Jemaja pernah menjadi satu daerah pengungsian warga negara asing atau negara tetangga yang membuktikan tempat mereka merupakan daerah yang sangat dekat dan berbatasan langsung dengan negara tetangga.
“Pernah ada pengungsi yang datang dari Vietnam dengan jumlah yang berkali kali lipat dari jumlah jiwa masyarakat Pulau Jemaja. Sangking banyaknya jadi Jemaja ini sepertinya kampung mereka”, ungkapnya.
Tidak sampai disitu saja, tim kajian akademisi yang juga didampingin ketua serta pengurus Badan Perjuangan Pembentukan Kabupaten Kepulauan Jemaja (BP2KKJ) meninjau secara langsung lokasi pertanian (sawah), peternakan, dinasti wisata dan juga DAM tempat dimana adanya bendungan ketersediaan air bersih.
Menyisir ke ujung Timur Kepulauan Jemaja, Tim Kajian Akademisi juga melakukan pertemuan bersama masyarakat Kecamatan Jemaja Timur guna terus menggali potensi potensi kemasyarakatan dan yang lainya di Salasa Beac resto milik salah satu warga Desa Kuala Maras, Kecamatan Jemaja Timur, Minggu (07/07/2024).
Dikonfirmasi media ini, Tim Kajian Akademis, Dr.Bismar Arianto, S.Sos., M.Si mengatakan, selama berjalanya pertemuan untuk menggali informasi, respon masyarakat dari tiga kecamatan se Pulau Jemaja sangat baik dan terwakili, dimulai dari pemerintah desa, BPD keterwakilan perempuan, petani, nelayan, LAM, Tokoh.masyarakat, Tokoh Agama serta element lainya memiliki semangat yang sama.
Dikatakanya, saat ini mereka dari Tim Kajian Akademis masih terus melakukan pengkajian dan menganalisa dari hasil semua data yang mereka dapatkan.
“Setelah dianalisa dan dibandingkan data yang ada dan setelah kami melakukan kajian, baru bisa disimpulkan apakah daerah ini layak atau butuh ditidaklanjuti jika setelah ada hasil kajian. Nah saat ini kami masih dalam sebuah tahapan proses penelitian”, ungkap Basri.