AnambasPos.com, TAREMPA – Jalan dari arah Kelurahan Tarempa, tepatnya Area Pelabuhan dan Pasar menuju Jalan Batu Berapit, Desa Tarempa Barat, hingga ke Jalan Tanjung Lambai, Desa Sri Tanjung, saat ini setiap hari mengalami kemacetan lalu lintas. Selain kondisi ruas badan jalan yang sempit, banyaknya kendaraan roda empat jenis lori dan pick up serta kendaraan roda tiga jenis tosa, diduga menjadi penyebab kemacetan terjadi.
Pada kendaraan jenis lori saat melintas di sekitar Pasar Tarempa, kondisi jalan yang sempit dan banyaknya kabel listrik di atas jalan, membuat pengemudi tidak leluasa menekan pedal gas kendaraan-nya. Armada angkut darat itu, hanya dapat dijalankan dengan kecepatan rendah, pelan dan lambat. Sementara bodi kendaraan yang besar, membuat badan jalan penuh. Sehingga mengakibatkan pengandara lain-nya yang berasal dari arah depan dan belakang, tertahan beberapa saat.
Dari hasil pantauan AnambasPos.com di lapangan, terdapat beberapa ruas jalan yang merupakan titik rawan kemacetan yang kerap terjadi. Dalam Area Kelurahan Tarempa, kemacetan sering ditemukan di Simpang Tiga Masjid Jami’ Baitul Rahim, Simpang Tiga Arah Keluar dari Pelabuhan Pelni dan Simpang Empat Keluar dari Pelabuhan Pemda.
“Jalan sempit, ditambah pula ada lori, yang mengangkut barang keluar masuk pelabuhan, ya macetlah,” uncap salah seorang Warga Tarempa yang meminta namanya tidak disebutkan dalam pemberitaan ini.
Khusus di Simpang Empat Arah Keluar Pelabuhan Pemda, kemacetan juga terjadi saat adanya kendaraan dinas roda empt jenis mobil miliik Pemerintah Daerah (Pemda) Kepulauan Anambas atau pejabat pemerintah lain-nya, yang parkir di badan jalan. Biasanya digunakan untuk menjemput tamu-tamu penting yang datang dari luar daerah.
“Kalau di Simpang Pelabuhan Pemda, sering kendaraan dinas yang parkir di situ. Untuk jemput tamu-tamu Pemda Anambas dari luar. Macet juga jadinya,” cetus sumber itu.
Sedangkan menuju arah Tanjung, Jalan Batu Berapit, Desa Tarempa Barat dan Tanjung Lambai, Desa Sri Tanjung, kemacetan terjadi apabila adanya dua kandaraan pick up ‘bentrok’ dari arah berlawanan yang berpapasan. Kondisi ruas jalan yang sempit, tidak memungkinkan untuk saling melintas. Pengandara, harus turun dan mencari arah untuk menepikan kendaraannya terlebih dahulu.
Jika tidak juga memungkinkan, salah satu diantara pengandara, terpaksa mundur sampai menemukan tempat untuk manuver dan berbelok. Sementara perlu waktu beberapa menit, bahkan hingga setengah jam lamanya. Hal itu disebabkan banyak kendaraan roda dua di belakang yang terhenti mendadak dan tidak dapat bergerak. Kondisi itu selalu terjadi pada pagi hari dari pukul 07.00 WIB hingga 10 .00 WIB dan pada sore hari sekitar pukul 04.00 hingga 06.00 WIB.
“Kalau untuk di daerah Tanjung dan Tanjung Lambai, ketika ada pick up dari arah yang berlawanan bertemu, pasti macet. Karena jalannya tidak muat untuk dua kendaraan roda empat,” kata Sumber itu.
Dari hasil penelusuran AnambasPos.com, diketahui bahwa, kendaraan roda empat jenis lori melakukan aktivitas angkutan barang dan material bangunan dari Pelabuhan Pelni, Tarempa. Sedangkan untuk kendaraan jenis pick up dan tosa yang menuju arah Jalan Tanjung, Desa Batu Berapit dan Jalan Tanjung Lambai, tersebut, melakukan aktivitas pengangkutan barang dan material bangunan dari pelabuhan yang diduga tidak resmi atau ‘pelabuhan tikus’.
Selain itu, terdapat juga angkutan material pribadi berupa pasir dan kayu untuk keperluan warga, serta beberapa aktivitas usaha lainnya. “Ada pelabuhan juga di Tanjung Lambai, ada gudang dan bongkar muat barang di situ, makanya pick up dan tosa, bolak balik ke arah tersebut,” beber sumber itu.
.