JAKARTA, AnambasPos.com – Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3.5 persen, untuk mendorong pemulihan ekonomi.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, hal itu merupakan keputusan dari Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI).
“Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan terkendalinya inflasi, serta upaya untuk tetap mendorong pertumbuhan ekonomi, di tengah tekanan eksternal yang meningkat akibat ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina serta percepatan normalisasi kebijakan moneter di negara maju,” jelas Perry, Selasa (19/4/2022).
Perlu diketahui, RDG BI yang berlangsung pada 18-19 April 2022 itu juga memutuskan untuk mempertahankan suku bunga Deposit Facility sebesar 2.75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4.25 persen.
RDG BI kali ini, lanjut Perry, berfokus pada upaya menjaga stabilitas dan memperkuat pemulihan ekonomi. Untuk itu, BI akan terus mengoptimalkan strategi bauran kebijakannya. Antara lain dengan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, melanjutkan implementasi kebijakan makroprudensial yang akomodatif, melanjutkan kebijakan tranparansi suku bunga dasar kredit (SBDK), memastikan kecukupan kebutuhan uang, distribusi uang dan layanan kas, serta kesiapan penyelenggaraan BI-FAST selama Ramadan dan Idulfitri, dikutip dari RRI.co.id, Selasa (19/4/2022).
“Bank Indonesia juga meningkatkan batas nilai yang dapat disimpan pada uang elektronik registered dari Rp10 juta menjadi Rp20 juta, serta meningkatkan batas nilai transaksi bulanan dari Rp20 juta per bulan menjadi Rp40 juta per bulan mulai tangga 1 Juli 2022,” urai Perry.
Bank Indonesia juga menilai stabilitas nilai tukar rupiah masih terjaga, di tengah ketidakpastian pasar keuangan global. Stabilitas pergerakan nilai tukar rupiah di bulan April, ditopang oleh berlanjutnya pasokan valas domestik
“Sampai 18 April 2022, rupiah mengalami depresiasi sebesar 0.70 persen dibandingkan dengan level rupiah di akhir tahun 2021. Depresiasi mata uang rupiah, masih lebih rendah dibandingkan depresiasi mata uang negara berkembang lainnya, seperti Baht Thailand yang terdepresiasi sebesar 0.77 persen, Ringgit Malaysia sebesar 2.10 persen, dan Peso Filipina yang terdepresiasi sebesar 2.45 persen,” papar Perry.
Sedangkan, dari sisi inflasi, Perry menyatakan Bank Indonesia akan terus mewaspadai sejumlah risiko inflasi, terutama pada kenaikan harga energi dan harga pangan. Menurutnya, inflasi sudah mulai terasa di kelompok harga pangan bergejolak (volatile food) akibat kenaikan harga minyak goreng, serta inflasi pada harga yang diatur pemerintah (administered price) akibat penyesuaian harga bahan bakar rumah tangga dan bensin serta kenaikan tarif angkutan udara.
“Meski demikian, inflasi 2022 diperkirakan masih akan terkendali dan masih di target sasaran yaitu 3 persen plus minus 1 persen,” pungkas Perry.