JAKARTA, AnambasPos.com – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) dalam rangka mewujudkan desa yang bebas dari paparan radikal dan terorisme.
“Tujuannya untuk membentengi perempuan dan anak dari narasi-narasi ideologi terorisme,” kata Kepala BNPT Komjen Polisi Boy Rafli Amar melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan bahwa perempuan dan anak merupakan kelompok yang terbilang rentan terpapar ideologi radikal terorisme. Oleh karena itu, langkah pencegahan sejak dini perlu dilakukan.
Boy Rafli mengungkapkan bahwa BNPT menemukan beberapa kasus keterlibatan perempuan dan anak dalam aksi terorisme. Untuk perempuan, terdapat 14 perempuan yang terlibat dalam aksi terorisme.
Salah satu perempuan yang terjerat dalam tindakan terorisme tersebut adalah Zakiah Aini yang menyerang Mabes Polri pada tanggal 3 Maret 2021. Kasus lainnya yang cukup menggemparkan melibatkan seorang ibu dan dua anak dalam aksi teror di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Diponegoro pada bulan Mei 2018, dikutip dari Antaranews.com, Selasa (19/4/2022).
“Perempuan dan anak yang terlibat dalam aksi teror merupakan korban dari ideologi terorisme,” kata Boy Rafli.
Menurut dia, internasional melalui PBB masih melihat perempuan dan anak sebagai korban terorisme.
Ia menegaskan bahwa secara fakta memang jadi pelaku. Akan tetapi, sesungguhnya perempuan dan anak adalah korban yang dilakukan oleh kaum pria.
Sementara itu, Menteri PPPA melihat perempuan dan anak adalah kelompok yang rentan terpapar terorisme. Hal tersebut tidak lepas dari budaya patriarki, persoalan ekonomi, maupun akses informasi.
“Kita berharap dengan kolaborasi ini mewujudkan strategi penanggulangan terorisme, termasuk salah satunya dengan ikut berpartisipasi dalam program Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak,” kata Bintang sapaan akrabnya.
Menteri PPPA menyebutkan terdapat 142 model Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak di Indonesia. Dengan kerja sama itu, BNPT terlibat lebih aktif menciptakan desa-desa ramah perempuan, terutama di daerah-daerah rawan aksi teror.
“Mudah-mudahan kita bisa mewujudkan yang namanya Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak yang bebas dari keterpaparan paham radikal terorisme,” katanya berharap.