Marwah Cinta Ayah
Oleh : Ramon Damora
di bawah peci bersahaja
kau simpan bara cinta
kau telan sendiri derita
di balik kain melayumu
kau tahan dada yang pilu
dan kau sembunyikan dari waktu
ayah
kita bersama
ayah
selamanya
genggamlah tangan ini
kau takkan pernah sendiri
ayah
kita bersama
ayah
selamanya
hapus cerita duka
pimpin kami dengan cinta
ayah
kita bersama
ayah
selamanya
takbir berkumandang
kaulah imam tanjungpinang
———–
narasi puisi:
ayah,
ada beribu-ribu ayah
ada beribu-ribu ibu
menitipkan hari depan
anak-anaknya
kepadamu
dengan suara parau
berpeluh airmata kalbu
mereka bisikkan:
betapa mahal mutu pendidikan
bahkan susah payah
mendapatkan bangku sekolah
masih jadi kisah yang betah
tapi beribu-ribu ayah
di depan anak-anaknya
pantang terlihat menyerah
namun beribu-ibu ibu
wajah surga setiap waktu
tak ingin terlihat layu
ayah,
ada beribu-ribu bapak
ada beribu-ribu emak
batinnya koyak-moyak
melihat sang anak
kehilangan tanah berpijak
mencari melayu,
kuburan yang bertemu
tanjak songket berpilin-pilin
hanya di musim pengantin
pudar generasi gurindam
menghayal siang dan malam
baca pantun bunyinya serasi
kekuasaan oh sumbang sekali
akhir pantun sedap irama a-b-a-b
akhir tahun azab rekayasa a-p-b-d
di sana nitip, di sini ngutip
apanya ekonomi kreatif
raja haji fisabililillah masuk kurikulum
di bawah tugunya, beserak kondom
ayah,
beribu-ribu ayah
beribu-ribu ibu
beribu-ribu anakmu
menunggu:
tegakkan wajahmu,
supaya tegak wajah kami
kepalkan tanganmu
agar berurat bernadi
kepalan tangan kami
deklarasikan marwah cinta
asma allah segala-segalanya
kami tak mau lagi sia-sia
memberikan suara jiwa
kami bosan ayah,
kami bosaaaan
mereka cuma mendongeng
rakyat yang dituduh cengeng.