Editor : Slamet
SUNGGAK, JEMAJA BARAT, AnambasPos.com – Seorang nelayan asal Desa Sunggak tertimpa musibah hingga mengalami kerugian puluhan juta rupiah.
Bencana itu terjadi kepada Suherdi 36 tahun warga Desa Sunggak, kecamatan Jemaja Barat yang berprofesi sebagai nelayan pancing ulur.
Musibah yang menimpa dirinya terjadi sekitar jam 14:00 wib, Senin 03/01/2022 tepatnya diperairan sebelah Utara Desa Sunggak.
Kepada AnambasPos.com Suherdi menceritakan pengalaman pahit itu hingga dirinya tidak lagi memiliki perahu yang selalu digunakan sebagai alat pencari nafkah untuk menghidupi anak istrinya.
Bermula dari kebiasaan sehari-hari, Suherdi berangkat melaut pada pagi hari untuk berjuang dilautan mencari ikan demi sesuap nasi.
Awalnya tidak ada firasat buruk ataupun tanda-tanda yang mencurigakan jika dirinya akan mendapat musibah. Dengan deru angin yang kencang dan air laut yang bergelombang, Suherdi tetap berlayar karena itu sudah menjadi kebiasaan yang selalu dijalani.
Suherdi tidak menyadari, bahwa dirinya terjatuh dan telah berada di air ketika sedang menarik ikan hasil pancinganya yang biasa dia lakukan dengan cara ditundak atau menarik umpan dalam kondisi perahu berjalan.
“Saya sedang menarik ikan hasil pancingan saya bang, tanpa saya sadari saya telah berada didalam air,” ucap Suhardi dengan wajah lesu.
Dengan kejadian tersebut, perahu Suherdi yang selalu menjadi teman seperjuangan dalam mencari nafkah ketika itu terus berjalan sebab posisi mesin dalam keadaan hidup.
“Saya terjatuh, perahu saya terus berjalan karena mesin dalam posisi hidup,” terang Suherdi.
Tidak lagi memikirkan keadaan perahunya, Suherdi terpaksa terus berenang selama kurang lebih satu jam menuju pulau terdekat yang diperhitungkan olehnya bisa dituju demi menyelamatkan dirinya.
Tidak hanya itu saja, Suherdi juga harus merasakan sakit nya goresan teritip, (kerang di bebatuan) yang melukai tubuhnya saat dirinya dihempas gelombang yang memecah di bebatuan pinggiran pulau.
“Lemas bang, saya hanya mampu menuju tempat tersebut, entah berapa kali tubuh saya dihempas gelombang keatas batu hingga terluka,” terang Suherdi yang mengakui batu-batu tersebut sangat licin.
Setelah sampai di daratan dan tentunya dengan perjuangan yang sangat luar biasa, Suherdi juga harus terus berjalan menyusuri pinggiran pulau yang bebatuan untuk mencari pertolongan.
“Saya melihat ada satu orang tetangga sekampung saya sedang mencari batu untuk mengejut (sebutan cara memancing ala tradisional bagi masyarakat desa sunggak) dan meminta pertolongan kepadanya untuk mengantarkan saya pulang menggunakan Jongkong (perahu kecil yang terbuat dari sebatang kayu) yang digunakan olehnya,”cerita Suherdi.
Sesampainya di Desa Sunggak, warga sempat heboh karena Suherdi pulang dengan menumpang Jongkong milik warga lainya.
“Saya mendapatkan kabar dari para warga, tentang musibah yang menimpa rekan kami, dengan sesegera mungkin kami secara bersama-sama menuju kelaut dimana tepat biasa Suhardi mencari ikan, untuk menyelamatkan perahu miliknya yang berlayar tanpa pengemudi. Namun yang kami dapatkan hanya puing-puing perahu yang pecah terhempas gelombang di bebatuan pinggir ,” kata Arapik selaku ketua kelompok nelayan Sejati Desa Sunggak.
Atas musibah itu, Suherdi mengalami kerugian yang diperkirakan sekitar 70 juta rupiah, jika dihitung dari seluruh peralatan elektronik seperti Radio Orari, Radar Bruno, Satelit Samyong, Solarcel, Fiber dan Perahu berkapasitas 3Gt miliknya.
“Mau gimana lagi bang, mungkin sudah nasib saya, bersyukur saya masih selamat dan dapat bertemu dengan anak istri saya dirumah, insyaallah nanti pasti masih ada rezeki dari yang kuasa untuk kami menyambung hidup,” ucap Suherdi dengan tegar.