Apa itu Kebohongan ???
Kebohongan juga disebut Kepalsuan adalah suatu jenis penipuan dalam bentuk pernyataan yang tidak benar, terutama dengan maksud untuk menipu orang lain atau juga bermaksud menyamarkan kebenaran. Dengan niat lebih lanjut untuk menjaga rahasia, reputasi, perasaan melindungi atau menghindari hukum juga bermaksud menghindari tekanan untuk suatu tindakan. Berbohong sendiri bermakna ‘Menyatakan sesuatu yang diketahui itu tidak benar menjadi suatu pembenaran’.
Boleh dikatakan bahwa Kebohongan “Ibarat menyemai benih”, kebohongan akan menjadi pohon yang berbuah lebat dan menghasilkan benih-benih lain yang akan membesarkan pohon kebohongan lainnya. Artinya suatu kebohongan tidak akan berhenti pada saat itu saja atau orang-orang yang kita jumpa pada saat itu, akan tetapi ia akan menyeba,. yang sebenarnya tidak bisa diperediksi dan senantiasa bergulir.
Artikel kali ini, penulis mengislahkan diripribadi, berikut contoh ilustrasi. Berawal dari beberapa tahun silam saya adalah Kuli di suatu profesi. Moment pun tiba, dimana pekerjaan yang diidamkan akhirnya benar-benar berada dalam genggaman tangan.
Dan didalam perjalanan banyak kendala yang dihadapi diantaranya; Keuangan, patner pelaksanaan dan juga teknis penerapannya. Adapun langkah progres pertama saya yakni bagaimana berupaya mencari solusi untuk pendanaan. Alhamdulillah berkat suatu keuletan, persoalan tersebut teratasi, saya mendapatkan jalan keluarnya (donatur dana).
Suatu ketika saya mengajukan suntikan dana ke donatur, ya semula lancar jaya dalam arti pengambilan pinjaman benar sesuai progres diperuntukan pleaning pekerjaan. Selanjutnya beberapa waktu, kru yang berada didalam pekerjaan mengalami musibah/ ujian tentu saja saya terpanggil untuk menanganinya.
Tragedi kebohongan bermula.
Untuk yang sekian kalinya saya mengajukan lagi suntikan dana, persoalan nya bukan lagi pada agenda pokok akan tetapi dalih pengajuan dikemas dalam motivasi kru. Saya sadar telah berbohong pada donatur¹.
Kemudian aksi kebohongan berlanjut pada orang terdekat, dimana setelah uang ditangan, saya pulang kerumah. Ayah pinjam lagi, untuk kerjaan ? dikarenakan nantinya takut berlarut, Ya, bayar upah¹. Saya berbohong lagi, dimana efek kebohongan jenis ini, saya dan orang terdekat akhirnya menanggung akibatnya dikemudian.
Berikut berbohong ke pemilik bahan, pemilik material mengambil hak uang terhadap saya terkait bahan yang dipergunakan, saya mengatakan separuh dulu sebab saya belum jumpai toke. Lagi-lagi kebohongan¹. Dalam waktu tersebut, beberapa kali kebohongan diperbuat; terus dan terus kebohongan berlanjut.
Dan kini kebohongan masih belum terlepas dari cengkeraman dimana akibat dari kegagalan profesi, buah busuk saya telan dan tidak hanya itu, badai pun datang silih berganti. Semoga jalan cahaya terbentang agar kebohongan ini tidak lagi menghantui, tidak lagi menjadi sarapan sehari-hari diripribadi.
Selanjutnya di sesen kedua ini penulis merangkum beberapa kebohongan terjadi di layar dan terjadi juga dikehidupan sehari/ masyarakat :
- Teh gelas; pemahaman nya, didalam gelas, ternyata kemasan botol. Dan Teh Botol sendiri dikemas di kotak.
- Susu Beruang, iklan nya gambar Naga, isi nya susu sapi. Begitu juga dengan Sabun cuci, kata nya bisa ngucek sendiri.
- Terong Belanda, terong Belanda ternyata dari Peru, di Budidaya Bogor dan Wonosobo.
- Biskuit Monde yakni kue khas Denmark, bahasa Francis, gambar tentara Inggris, berbendera Belanda, di produksi oleh Unggaran dan isinya Rengginang – Indonesia.
- Group, Forum Anti Hoax ketika ditelusuri eh ternyata anaknya hoax (alat kekuasaan).
- Lebel perizinan; berkode E120, E472, tidak langsung dinyatakan makanan ini mengandung; Babi, dst.
- Pada strata diatas jelas kita juga terlibat didalam nya, baik itu sebagai penikmat, korban atau bahkan ikut serta menggaung kannya.
- Seterus nya saya masuk pada fase ketiga dan skaligus sedikit ulasan substantif dalam suatu pemaparan. Pada frase ini terjadi kebohongan persfektif dengan gaya baru. {Otoritas terjadi pada pembuat kebijakan}.
“Tindakan untuk tidak menyerap anggaran, sementara instrumen hukum belum ada yang dapat menjerat”.
Contoh nya begini;
Kasus 1. ‘Pembelian Materai’, ketika seluruh khas SKPD telah di laporkan/ di kembalikan ke khas Daerah, maka terjadi kekosongan anggaran di instansi terkait, dan dilain sisi laporan baru sesegera mungkin harus diselesaikan. Analog nya, Uang untuk pembelian Materai menggunakan uang siapa ?
Kasus 2. ‘Koefisien Lantai Bangunan’ (KLB). Kekurangan koefisien terhadap lantai bangunan, jelas belum ada instrumen UU yang mengatur. Kemudian diambil suatu kebijakan Bayar Denda (kesalahan difestifikasi dengan pembayaran) dan setelah pembayaran dilakukan lalu dipakai untuk suatu keperluan kemaslahan, akan tetapi tidak masuk dalam upgeriding anggaran.
Sebagai penutup dari artikel ini, penulis mengajak pembaca untuk merenung sejenak. Bagaimana sekiranya Kebohongan terjadi dalam kontek yang lebih luas lagi yang mengatasnama kan; Kepercayaan, Amanah, Agama/ ajaran ????????????
Untuk itu maka berhati-hatilah dalam berkata-kata, dimana kata-kata bukan hanya menjadi pemersatu namun juga dapat menyebabkan berbagai petaka (Pertalian darah menjadi asing, Teman menjadi musuh dan terlebih lagi saya dan anda Penyemai benih kebohongan untuk Generasi serta peradaban Dunia). Salam Santun… Marjo