Indra Syahputra, namanya tidak asing lagi dalam kancah pergaulan di Kabupaten Kepulauan Anambas (KKA). Tokoh muda yang satu ini merupakan putra asli daerah KKA, kelahiran Jemaja 29 November 1980. Dia adalah bungsu dari tujuh bersaudara dari ayah bernama M. Nur. H.D (almarhum), mantan Kepala Sekolah (Kepsek) SDN 011 Batu Berapit, Letung yang kini menjadi SDN 008 Letung dengan seorang Ibu yang bernama Aisyah (almarhumah). Atas didikan kedua orang tuanya itu, Indra tumbuh dan besar, sebagai sesosok yang kesehariannya tampil bersahaja. Bawaannya terlihat sederhana, low profil dan mudah bergaul dengan siapa saja tanpa sekat.
Dia tidak pernah pilah -pilih latar belakang terhadap siapapun untuk memilih teman dan membangun komunikasi yang baik. Apakah itu berasal dari kalangan tua ataupun muda. Orang penting, setengah penting, ataukah rakyat jelata. Kendatipun, di KKA saat ini, dia menjadi salah seorang politisi yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Saat ini dia menjabat Ketua DPD II Partai Golkar KKA Priode 2020-2025 yang baru saja terpilih dalam Musda III Partai Golkar KKA belum lama ini.
Latar belakang pergelutan dirinya pada dunia politik terbilang cukup lama. Dia memulai aktif di dunia politik pada tahun 2008 sebagai kader biasa yang selalu mengikut kegiatan sosial partai itu berlambang pohon beringin tersebut. Dari organisasi politik ini, membimbing dan menjadikan dirinya figur yang memiliki jiwa leadership dan berkarakter. Mahir memimpin dan memeneg setiap organisai yang dipimpinnya.
Hal itu terbukti, dengan pernah menjabat posisi setrategis pada beberapa organisasi semasa dirinya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat hingga menjadi seorang mahasiswa di Pekan Baru, Provinsi Riau di masanya. Banyak Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) yang diikutinya dan dipimpinnya, baik di Natuna maupun Anambas dan sukses serta berprogress dengan baik.
Sebelumnya, dia mulai menimba ilmu dengan bersekolah di Sekolah Dasar (SD) Negeri 01 Letung yang sekarang dan lulus pada tahun 1993. Kemudian lanjut belajar di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 01 Letung, tamat pada tahun 1996. Menyelesaikan Sekolah Madrasah Alyah Negeri (MAN) II Pekan Baru, tamat pada tahun 1999.
Tidak berhenti setakat itu saja, dia kemudian masuk Universitas Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Susqo Pekan Baru, Provinsi Riau, yang saat ini telah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Pekan Baru, Provinsi Riau. Selama menjadi Mahasiswa, dirinya selalu aktif dalam berorganisasi dan selalu memegang jabatan inti dalam organisasi tersebut. Diantaranya pernah menjabat Wakil Ketua Parlemen Mahasiswa pada tahun 2001, Ketua Komisariat Ikatan Pemuda Mahasiswa Kabupaten Natuna (IPMKN) Pekanbaru hingga tahun 2004, Sekretaris Forum Komunikasi (Forkom) Pemuda Mahasiswa Tempatan Riau (IPMTR).
Selain itu, dia juga pernah menjabat Sekretaris Badan Pejuang Pembentukan Kabupaten Kepulauan Anambas (BP2KKA) Komisariat Jemaja dari tahun 2007-2011, Ketua LSM Tatanan Wisata Anambas (Tawas) pada tahun 2011-2015, Ketua Persatuan Olahraga Bilyar se-indonesia (Pobsi) dan Sekretaris KONI Anambas pada tahun 2011-2016.
Dengan hasil dan kinerjanya yang dinilai cukup baik dan sukses dalam menjalankan setiap posisi yang diamanahkan kepadanya, diapun kemudian dipercaya menjadi Sekretaris PK Partai Golkar Kecamatan Jemaja, Kabupaten Natuna dan kemudian selaku Ketua PK Partai Golkar Kecamatan Jemaja Timur, pada tahun 2010-2015. Selanjutnya diangkat selaku Wakil Sekretaris DPD II Partai Gokar Anambas dari tahun 2015-2016.
Tidak terlalu lama pada posisi itu, diapun diangkat sebagai Sekretaris DPD II Partai Golkar KKA dengan masa jabatan dari tahun 2016-2021. Atas desakan dari DPP Partai Golkar untuk melaksanakan Musda III di KKA, Indra kemudian terpilih secara aklamasi Sebagai Ketua DPD II Partai Golkar KKA Periode tahun 2020-2025.
Kematangan dan kepiawaian dalam memimpin, tentulah tidak datang simsalabin begitu saja. pasti dipengaruhi oleh pengalaman panjangnya sebagai aktivis yang berkifrah di berbagai organisasi. Baik organisasi politik maupun organisasi sosial kemasyarakatan lainnya. Menghargai perbedaan pandangan, kritik dan saran kemudian mengakomodirnya menjadi solusi dan keberhasilan, sudah ditempa dalam pengalaman panjangnnya saat terlibat dalam berbagai organisai tersebut. Sebagai pemimpin, dia sangat memahami bagaimana mengakomodir perbedaan sebagai modal untuk penguatan dan pengembangan, bukan sebagai biang perpecahan sehingga dapat mempetajam konflik.
Melengkapi perjalanan hidupnya, Indra memiliki keluarga yang bahagia. Dia menikahi seorang gadis bernama Shinta Ira Fronia yang juga asli kelahiran Jemaja. Hingga saat ini menjadi istrinya dan dikaruniai dua orang anak yaitu Rasika Kasih Putri, berusia 12 tahun dan tengah menjalani pendidikan di bangku Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Jemaja, sedangkan anak keduanya, Fariel Altariz Chalit berusia empat tahun.
Bersama keluarga dia memilih untuk bermastautin di Jemaja, saat ini sembari menyelesaikan pengabdiannya selaku Ketua DPD II Partai Golkar KKA. Memajukan dunia politik dan memberikan kontribusi kepada negara menjadi tugas berat yang diembannya saat ini. Namun ke depan, dia optimis akan mampu membawa perubahan yang lebih baik bagi masyarakat di KKA.
Di usia kecilnya, dia mendapatkan bimbingan dan pengajaran yang cukup sederhana di masa dari almarhum kedua orang tuanya. Terutama almarhum Ayahandanya, hingga dirinya bisa menjalani hidup secara mandiri. Semasa kecil dirinya selalu membantu almarhum ayahandanya dengan pergi berkebun sepulang dari sekolah pada siang hari. Pergi memancing ikan di laut pada malam harinya. Itu dilakukan demi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Buah dari tempaan itu, saat ini dirinya bisa menjadi sosok yang memiliki sifat tegar dan kokoh untuk menghadapi apapun yang terjadi.
Peran kedua orang tua yang sangat menentukan kepribadiannya. Sewaktu duduk di bangku kuliah saat menjadi seorang mahasiswa di Pekan Baru, dia juga pernah bekerja menjadi pencuci mobil dan motor roda dua. Bahkan, menyambi pula bekerja sebagai tukang cat rumah untuk memenuhi kebutuhan kuliahnya ketika itu, menjelang datangnya kiriman orang tua dari kampung yang juga nilainya tidak seberapa. Bagi Indra, segala sesuatunya harus dimulai dari bawah, dan tidak semerta-merta menjadi besar dan sukses secara tiba-tiba.
Narasi dan data : Slamet
Editor : Asril Masbah