ANAMBASPOS.COM, Batu Berapit – Purnadi (40) yang merupakan korban rumah roboh disebabkan terjadinya bencana berupa angin kencang di kampung Air Sungkit, Desa Batu Berapait, Kecamatan Jemaja Kabupaten Kepulauan Anambas tertunduk lesu di teras RSUD Jemaja Kabupaten Kepulauan Anambas.
Pria yang telah menikah dan dikaruniai seorang anak laki laki kurang lebih berusia 1 tahun itu, diketahui berprofesi sebagai seorang nelayan.
Akibat cuaca extrim yang melanda Kampung Air Sungkit, Pulau Langan Desa Batu Berapit, menyebabkan Purnadi beserta anak dan istrinya saat ini tidak lagi memiliki tempat untuk berteduh dari panasnya terik matahari dan curahan hujan.
Purnadi beserta anak dan istrinya merupakan salah satu dari tiga korban rumah roboh akibat bencana alam berupa angin kecang yang terjadi di Kabupaten Kepulauan Anambas wilayah Pulau Langan pada hari Sabtu tepatnya tanggal 14 September 2024 pagi hari.
Purnadi menyebutkan, seluruh harta benda yang dia kumpulkan sedikit demi sedikit dari hasil melaut bertahun-tahun, raib disapu air laut pasang yang menenggelamkan rumahnya kala itu.
Diceritakan Purnadi, dari alat bantu pencari ikan yang menjadi modal andalanya dalam menunjuk arah jika pergi melaut berupa satelit dan radar GPS kini telah rusak tidak dapat difungsikan lagi sebab telah terandam air laut.
Selain itu, semua perabotan elektronik rumah tangga beserta dua buah handpone yang menjadi alat komunikasi dia dan istri maupun warga Kampung Air Sungkit kini tinggal seonggok barang yang tidak berguna lagi.
Bahkan, uang tabungan yang memang tidak begitu banyak jumlahnya, kata Purnadi, beserta beberapa bentuk perkakas emas serta cincin mas kawin pemberian dirinya untuk sang istri yang sengaja disimpan untuk keperluan mendadak maupun hal mendesak lainya juga sirna bersama berhentinya angin kencang yang bertiup kala itu.
“Habis bang, Gps Satlite, Hp, emas duit simpanan semuenye raib”, kata Purnadi ketika ditemui awak media Anambaspos.com saat dirinya melakukan pemeriksaan kesehatan anaknya di RSUD Jemaja.
Diceritakan Purnadi, dirinya tidak pernah menyangka jika angin kencang yang melanda kampunya itu bisa merobohkan rumah yang baru setahun dihuni dia dan keluarganya.
Seperti hari hari biasanya, Purnadi selalu mempersiapkn segala kebutuhan peralatan pancing sebelum pergi melaut di pagi hari.
Dikarenakan cuaca pagi itu kurang bersahabat, dirinya hanya membuang air didalam pompong miliknya sebelum curah hujan turun membasahi dirinya.
Usai mengeringkan air di dalam pompong, Purnadi lantas pulang kerumah.
Disaat dirinya sedang meminum kopi didalam rumah dengan ditemani sang istri, Purnadi yang biasa dipanggil dengan nama Put oleh tetangganya, mendengar ada suara tiang yang patah akibat dari rumah yang bergoyang disebabkan angin yang begitu kencang.
Mengetahui hal itu Put lantas menyuruh istrinya untuk mengambil anak mereka yang masih tertidur pulas di dalam buai ayunan.
Belum sempat keluar dari rumah, Put dan anak istrinya lalu ikut masuk kedalam air laut karna rumahnya telah roboh.
“Saya dan anak istri saya masih di dalam saat rumah kami roboh, dengan keadaan panik saya selamatkan anak istri saya dengan berenang dan menyelam dari dalam menuju keluar rumah lalu ke pinggiran”, cerita Put yang ketika itu masih terlihat trauma.
Kendati apa yang terjadi kepada mereka, Put masih bersyukur sebab anak dan istrinya tidak mengalami luka fatal ataupun cedera berat pasca rumahnya roboh.
“Syukurlah bang aliran listrik pada saat itu sedang padam dan Alhamdulilliah anak beserta istri saya dalam keadaan selamat”, tutur Put. (*).