OPINI
Oleh : Abu Hanifah
Sebagian kawasan nusantara khususnya pesisir Sumatera, banyak nelayan menggunakan strategi jebakan untuk menangkap ikan, jebakan diciptakan tergantung jenis sasaran, lokasi dan waktu yang sudah diperhitungkan.
Bagan misalnya, jenis jebakan yang beroperasi di malam hari, dipasang lampu agar terang benderang memancing ikan datang, saat ikan sudah masuk lampu diredupkan, ikan diangkat kepermukaan.
Jebakan di laut dalam beda lagi, bubu namanya. Dibuat dengan rapi, agar ikan merasa seperti di rumah sendiri. Jaring masih sering dipakai menjebak ikan di karang kering, jika jebakan ini dilakukan di laut dalam disebut memukat. Menjala agak berbeda. Jebakan ini khusus dipinggir pantai saja, sangat mengandalkan ketepatan nelayan melempar jala di tengah kerumunan ikan.
Kemudian, terdapat juga jebakan kelong, yang dipasang dipesisir pantai dengan bentuk seperti anak panah terlepas dari busurnya. Lokasinya harus strategis, memperhatikan arah mata angina dan pasang surut air laut. Pembuatnya pun harus mampu membaca jejak ikan naik dan ikan turun, sehingga jebakan persis dibuat di tempat jalur ikan turun. Jika sebaliknya, maka jebakan bukan berisi ikan, namun berisi sampah warga yang masih belum sadar lingkungan, suka menjadikan laut sebagai tong sampahnya.
Pulau Anambas banyak terdapat kelong, sampai ada tempat yang terkenal dengan nama pulau kelong. Sebuah pulau jebakan yang berbahaya. Sekali ikan masuk, dipastikan tidak bisa lepas. Karenanya jika ada orang yang kelihatan terjebak meski ia tidak merasa, sering disebut sudah kena kelong.
Jebakan tradisional, merupakan tehnik menangkap ikan ramah lingkungan yang membantu ekonomi masyarakat sekaligus menjamin kelestarian sumberdaya laut. Bukan sejenis jebakan maut nelayan asing dengan pukat harimaunya. Sekali angkut, puluhan ton isi laut dikuras. Mulai dari ikan kecil, sampai ikan besar.
Bahkan satwa yang dilindungi seperti penyu dan lumba-lumba pun turut binasa, termasuk ikan yang bersembunyi di dasar samudera turut diangkutnya, batu karang banyak yang hancur binasa. Pukat Harimau datang dari negeri Thailand, pantas terlarang di Indonesia dan kini jika tertangkap kapalnya akan ditenggelamkan di dasar samudera. Agar jadi efek jera atau pengganti rumah ikan yang dirusaknya.
Sejatinya dalam kehidupan ini, banyak jebakan. Sengaja dibuat manusia durjana yang mementingkan keuntungan semata, meski orang lain menderita. Seperti jebakan jaringan bandar narkoba, awalnya ditawarkan gratis, namun setelah kecanduan kita terlena apapun akan dikorbankan,
Terjebak permainan judi, awalnya menang berlipat. Namun akhirnya kalah hingga hidup jadi melarat. Jebakan prostitusi lebih ironi, dijanjikan gaji tinggi hidup makmur, namun kenyataannya dipaksa jadi pelacur. Termasuk TKW yang mengais rizki diluar negeri. Ingin merubah nasib, ingin keluar dari hidup miskin, namun terjebak kekejaman majikan. Upah tidak dibayar, justru disiksa bahkan diperkosa hingga terkadang meregang nyawa.
Dalam skala yang lebih besar, tanpa sadar atau bahkan disengaja, negara kita masuk dalam jebakan hutang sehingga hutang kian menggila. Bayi yang baru lahir saja, sudah menanggungnya.
Fakta ini sangat bahaya, karena terbukti banyak negara di dunia tidak berdaya menghadapinya. Seperti yang menimpa Srilangka, harus merelakan pelabuhan strategisnya diambil alih Cina, karena tidak mampu membayar hutangnya. Masih banyak negara serupa yang terjebak dengan hutang, ujungnya negara bangkrut dan tumbang.
Jebakan modernitas, juga sangat bahaya dengan umpan kehidupan materialistis, hedonis dan kapitalistis, mengancam keberlansungan kehidupan manusia karena pada akhirnya model kehidupan tersebut akan berupaya memisahkan manusia dari Tuhan, manusia adalah jasad raga dan fisik semata tanpa perlu terikat dengan Allah SWT.
Ujungnya, lahirlah sikap atheis, bahkan paham komunis menganggap umat beragama adalah musuh nyata yang harus ditundukkan jika perlu dibinasakan. Jika sudah masuk dalam eskalasi jebakan ini, maka sejatinya hilanglah kemanusiaan. Fitrah asasinya, manusia akan menjadi rendah dan hina bahkan lebih rendah dari makhluq melata.
Jebakan lain yang juga bahaya, jebakan tahta, harta dan wanita. Trio jebakan ini berkait dan berkelindan mengitari kehidupan, Banyak yang bisa keluar dari jebakan tahta, namun tidak bisa selamat dari jebakan harta, begitu juga banyak yang selamat dari jebakan harta dan tahta, namun tidak bisa lari dari jebakan wanita sehingga akhirnya hancur dan ternoda.
Jebakan politik sama bahayanya, banyak fakta bicara demi ambisi politik mampu menghalal segala cara. Termasuk dengan strategi jebak menjebak, agar lawan politik mudah dikendalikan jika berada dalam jebakan. Hati-hati dengan jebakan politisi, biasa menebar janji, namun sulit menepati, bahkan bisa menjebak kawan sendiri, sebab bagi politisi tidak ada kawan sejati, yang ada hanyalah kepentingan yang abadi.
Akhirnya, jebakan nelayan tradisional untuk menangkap ikan adalah keniscayaan demi bertahan ditengah himpitan kehidupan. Namun jebakan yang sengaja dibuat untuk menjatuhkan dan merusak harkat dan martabat manusia, sejatinya tidak pantas dilakukan. Waspadalah terhadap berbagai jebakan. Jika terlanjur masuk, segeralah keluar dan evaluasilah diri, jangan sampai masuk jebakan dua kali.