Beda ”Politisi” dan ”Politikus”

Dibaca: 1,394 x

Baliho Haris- Wan saat proses Pilkada Anambas beberapa waktu lalu

Ada dualisme penggunaan kata ”politikus” dan ”politisi” di masyarakat. Agar tidak timbul dualisme, ketegasan terhadap pemaknaan setiap lema dalam KBBI, termasuk ”politikus” dan ”politisi”, sangat diperlukan.

Oleh : FX SUKOTO

Pemilu 2024 untuk memilih presiden dan wakil presiden masih dua tahun lebih. Walakin, saat ini, pemilu itu terasa seperti sudah dekat. Sejumlah lembaga telah melakukan survei terhadap politisi yang masuk ke dalam perhelatan nasional untuk berebut posisi presiden mendatang.

Beberapa politikus, seperti Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo, hampir selalu masuk ke dalam tiga besar survei yang dilakukan sejumlah lembaga survei.

Kata politisi dan politikus, dalam KBBI, tidak disebutkan dengan jelas mana yang berbentuk tunggal dan mana yang berbentuk jamak.

Menjelang pemilu, baik pemilu presiden, pemilu legislatif, maupun pemilihan kepala daerah, istilah politisi dan politikus lazim didapati di media cetak dan media elektronik.

Dalam KBBI daring, kata politisi dan politikus digolongkan sebagai kata benda (nomina). Kata politisi bermakna atau bersinonim dengan politikus. Adapun kata politikus berarti ’1 ahli politik; ahli kenegaraan; 2 orang yang berkecimpung dalam bidang politik’. Kedua kata ini, kalau disimpulkan, sama-sama mempunyai arti ’orang yang berkecimpung dalam bidang politik’.

Kata politisi dan politikus, dalam KBBI, tidak disebutkan dengan jelas mana yang berbentuk tunggal dan mana yang berbentuk jamak. Tidak salah jika ada pengguna bahasa yang menganggap kata politisi dan politikus merupakan bentuk tunggal, ada pula yang menganggap bentuk jamak. Alhasil, bisa dipastikan akan terjadi ketidaktepatan dalam penggunaannya.

Dua pendapat

Pakar bahasa JS Badudu (almarhum) dalam Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II (1994) menyatakan, politisi dan politikus merupakan kata serapan dari bahasa Belanda. Kata politisi berasal dari politici dan politikus berasal dari kata politicus.

Kalau kita memungut dari bahasa Belanda, politikus merupakan bentuk tunggal, sedangkan politisi merupakan bentuk jamak. Dalam kenyataan, ada pengguna bahasa yang sependapat dan ada yang tidak sependapat dengan Badudu.

Kenapa demikian? Bisa jadi karena belakangan banyak orang menggunakan politisi yang diambil bukan dari bahasa Belanda, politici, melainkan dari bahasa Inggris, politician. Kita tahu bahwa politician, yang kemudian diindonesiakan menjadi politisi itu, bermakna tunggal. Jika berbentuk jamak, dalam bahasa aslinya ialah politicians.

Berkenaan dengan bentuk jamak, apabila dicermati, bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk jamak seperti kata serapan dari bahasa Belanda tersebut. Penjamakan kata dalam bahasa Indonesia dilakukan dengan cara reduplikasi (pengulangan kata atau unsur kata). Sebagai contoh, rumah-rumah, pohon-pohon, gedung-gedung, mobil-mobil, dan sebagainya.

Penjamakan kata juga dapat dilakukan dengan cara menempatkan adverbia (kata keterangan) kuantitatif sebelum kata benda yang dimaksud (adverbia kuantitatif + nomina). Contoh, beberapa rumah, sejumlah pohon, sebagian gedung, sekawanan rusa, sekelompok pemuda, para penjahat, dan banyak wisatawan.

Terkait politikus dan politisi, berikut beberapa contoh yang ditemukan di media daring.

Kalau kita berpedoman pada pendapat Badudu, contoh 3 dan 4 merupakan contoh yang benar. Politikus bermakna tunggal, karena itu jika ingin menunjukkan jamak, kata sejumlah wajib ditempatkan sebelum politikus.

Jika mengacu kepada Badudu juga, contoh 1 dapat dianggap benar jika yang dimaksud politisi dalam kalimat itu bermakna jamak. Namun, jika dimaksud bermakna tunggal, menurut versi Badudu, contoh 1 merupakan contoh yang salah.

Adapun contoh 2, jika mengacu kepada Badudu, merupakan contoh yang salah. Sebab, kata politisi yang sudah bermakna jamak ditambahi pula dengan sejumlah, yang juga menunjukkan jamak.

Namun, contoh 1 dan 2, jika mengacu pada pemadanan dari bahasa Inggris, merupakan contoh yang benar.

Pemakaian politikus dan politisi dalam contoh di atas menunjukkan kepada kita bahwa acuan yang berbeda menyebabkan pendapat pengguna bahasa pun beragam. Tak heran jika banyak media yang terbagi ke dalam beberapa kelompok.

Kelompok pertama mengacu kepada pendapat Badudu yang mendasarkan pada kata dari bahasa Belanda, kelompok kedua mengacu kepada pemadanan dari bahasa Inggris, dan kelompok ketiga yang mencampuradukkan pendapat kelompok pertama dan kedua.

Ada sejumlah pasangan kata serapan lain dari bahasa Belanda yang berpola sama dengan politikus dan politisi. Kata-kata tersebut, antara lain, musikus-musisikritikus-kritisi, dan alumnus-alumni.

Musisi dalam KBBI daring berarti ’musikus’, sedangkan musikus bermakna ’orang yang mencipta (lagu), memimpin, atau menampilkan musik; pencipta atau pemain musik’. Kedua kata ini juga merupakan sinonim, dan dalam KBBI belum juga disebutkan mana yang bentuk jamak dan yang bentuk tunggal.

Musisi (para musikus) berasal dari kata musici (jamak) dan musikus berasal kata musicus (tunggal). Berikut contoh kalimat yang mengacu pada pemaknaan tersebut.

  • Dua Lipa (26),  penyanyi dan penulis lagu berkebangsaan Inggris, adalah musikus pop paling terkenal di seluruh dunia. Pasalnya, dalam satu tahun saja di 2020, Dua Lipa telah mengeluarkan 19 lagu baru. Sementara Iwan Fals merupakan musikus Indonesia yang sebagian besar lagunya berisi tentang suara hati dari wong cilik kepada pemerintah. Dua Lipa dan Iwan Fals merupakan musisi.

Berbeda dengan politikus-politisi dan musikus-musisi, pasangan kata kritikus-kritisi dan alumnus-alumni adalah pasangan kata yang sudah diberi keterangan mana bentuk yang tunggal dan mana bentuk yang jamak.

BACA JUGA  Kunjungi Desa Sunggak, Bupati Salurkan Zakat ke Warga Kurang Mampu

Kritisi berasal dari kata criticie (bentuk jamak) dan kritikus berasal dari kata criticus (tunggal). Keduanya diambil dari bahasa Belanda. Dalam KBBI daring, kritisi (para kritikus) juga masuk dalam kata nomina yang mempunyai makna ’kaum kritikus’ (orang-orang yang ahli mengkritik), sedangkan kritikus bermakna ’orang yang ahli dalam memberikan pertimbangan (pembahasan) tentang baik buruknya sesuatu’.

Contoh penggunaan kritisi dan kritikus dalam kalimat, ”Budi Darma adalah seorang kritikus sastra Indonesia. HB Jassin pun seorang kritikus sastra Indonesia. Mereka adalah kritisi sastra Indonesia”.

Kata kritisi dalam banyak kesempatan juga dimaknai sebagai ’bersikap kritis’. Hal itu, misalnya, dapat kita lihat dari contoh berikut: ”Banyak pihak kini tengah mengkritisi Presiden Joko Widodo yang mengubah PP Nomor 68 Tahun 2013 menjadi PP Nomor 74/2021 pada 2 Juli 2021”.

Kata serapan yang juga sudah ditandai dengan status tunggal dan jamak dalam KBBI ialah alumnus dan alumniKata alumnus berasal dari kata alumnus (tunggal) dan alumni dari kata alumni (jamak). Perbedaan kedua kata ini sudah jelas dinyatakan dalam pengertiannya, mana kata yang tunggal dan mana yang jamak.

Alumnus berarti ’orang yang telah mengikuti atau tamat dari suatu sekolah atau perguruan tinggi’sedangkan alumni berarti ’orang-orang yang telah mengikuti atau tamat dari suatu sekolah atau perguruan tinggi’.

Perlu ketegasan dalam KBBI

Keempat pasangan kata di atas berseliweran dalam kehidupan kita sehari-hari. Untuk kasus politikus-politisi dan musikus-musisi, barangkali dalam KBBI perlu dipertegas penjelasannya atau pemaknaannya.

Jika pendapat Badudu yang dirujuk, atau karena kata tersebut diambil dari bahasa Belanda, kata politikus-politisi dan musikus-musisi harus diperjelas perbedaannya. Misalnya, politikus dan musikus bermakna tunggal, sedangkan politisi dan musisi bermakna jamak.

Untuk kasus politikus-politisi dan musikus-musisi, barangkali dalam KBBI perlu dipertegas penjelasannya atau pemaknaannya.

Sebaliknya, jika merujuk pada bahasa Inggris, salah satu kata dari kedua pasangan ini harus dihilangkan. Misalnya, gunakan saja musisi dan politisi, sedangkan musikus dan politikus dihilangkan.

Ketegasan pemaknaan setiap lema dalam KBBI, seperti pada makna alumnus-alumni dan kritikus-kritisi, sangat diperlukan. Hal ini perlu dilakukan agar tidak timbul dualisme dalam penggunaan kata yang terus berulang.

FX Sukoto, Penyelaras Bahasa Kompas.

Sumber : Kompas.com 



Terhubung dengan kami

     


Pasang Iklan Banner klik DISINI