Anambaspos.com – Seorang hakim di Amerika Serikat berkata bahwa Yahoo harus menghadapi tuntutan hukum nasional yang diajukan sekelompok masyarakat karena merugikan para pengguanya dalam kasus pencurian informasi pribadi di tahun 2013 dan 2014.
Hakim Distrik AS di San Jose, California, Lucy Koh, berkata bahwa pelanggaran data besar yang dialami Yahoo terjadi pada 2013, 2014, kemudian ada juga pelanggaran di sepanjang 2015 dan 2016.
Dari pelanggaran data pertama di tahun 2013, Yahoo lambat mengungkapkan pelanggaran data itu, dan baru disampaikan dalam tiga tahun kemudian melalui sebuah pernyataan pada bulan Desember 2016.
Yahoo berusaha untuk menolak gugatan hukum tersebut, dengan alasan korban tidak memiliki legal standing untuk mengajukan kasus tersebut. Namun, hakim Koh menolak pembelaan itu dan memastikan gugatan hukum dari para korban bisa bergerak maju.
Dalam dokumen keputusan yang berisi 93 halaman, Koh berkata korban pelanggaran data memiliki hak untuk menuntut, karena mereka dapat mengajukan beberapa pelanggaran kontrak di Yahoo. Koh juga berkata para penggugat bisa juga menuding bahwa si pencuri data telah menyalahgunakan informasi pribadi mereka.
“Semua penggugat bisa menuding risiko pencurian identitas di masa depan, selain itu bisa juga kehilangan nilai informasi identifikasi pribadi mereka,” kata hakim dalam dokumen.
Sementara di atas itu semua, Yahoo disalahkan karena tak mau menanggung kerugian, dan berujung pada ketidakmauan mengungkapkan pelanggaran data. Informasi yang diketahui telah diambil oleh peretas adalah nama pengguna, alamat email, nomor telepon, tanggal lahir, password, dan jawaban atas pertanyaan kunci.
Seorang pengacara yang mewakili para penggugat, John Yanchunis, berkata kepada Reuters bahwa pelanggaran data yang dialami Yahoo ini adalah yang terbesar dalam sejarah dunia. Dia dan kelompoknya telah membentuk komite khusus untuk mengawasi berjalannya kasus ini.
Kami percaya ini adalah kemenangan yang signifikan bagi konsumen, dan akan memberikan segala dokumen ke pengadilan. Ini adalah pelanggaran data terbesar dalam sejarah dunia.
– John Yanchunis, pengacara yang mewakili para penggugat Yahoo
Kebocoran data besar yang tidak diungkap oleh Yahoo ini adalah sebuah kemunduran bagi jaminan keamanan dalam dunia digital. Hal ini pula yang membuat Verizon meminta harga akuisisi lebih murah, ketika mengetahui bahwa telah terjadi ada lebih dari 1,5 miliar akun Yahoo yang telah dicuri peretas.
Dari kesepakatan awal Verizon mengakuisisi Yahoo di tahun 2016 sebesar 4,83 miliar dolar AS, akhirnya turun jadi 4,48 miliar dolar AS yang transaksinya diselesaikan pada kuartal kedua 2017.
Putusan ini tentu saja menjadi pukulan bagi Verizon yang kini memiliki bisnis Internet dan media Yahoo. Verizon telah menggabungkan Yahoo dan AOL dalam sebuah anak usaha baru bernama Oath.
Juru bicara Verizon, Bob Varettoni, berkata pihaknya saat ini enggan memberikan komentar mengenai proses pengadilan.
Dalam surat kepada otoritas hukum setempat, Yahoo sempat membela diri bahwa peretasan yang mereka alami adalah tindakan krimimal dan benar-benar dilakukan oleh penjahat dunia maya. Mereka mengakui bahwa tidak ada sistem keamanan yang tidak bisa diretas.
Pencurian data di Agustus 2013 mempengaruhi 1 miliar akun email Yahoo, kemudian pelanggaran di 2014 berdampak ke 500 juta akun, dan terjadi pula pelanggaran data gelombang ketiga pada 2015 dan 2016. Yahoo meyakini pencurian data itu adalah aksi peretasan yang disponsori oleh negara.
Badan intelijen Amerika Serikat pada Maret 2017, mengapresiasi langkah Yahoo yang melaporkan kasus pencurian data. AS juga telah mendakwa dua agen intelijen Rusia dan dua peretas kriminal sebagai otak di balik pencurian 500 juta akun Yahoo pada 2014 lalu.
Dua agen intelijen Rusia yang didakwa bernama Dmitry Dokuchaev dan Igor Sushchin. Sebelumnya Dokuchaev pernah ditangkap pihak berwenang Rusia pada Desember atas kasus pengkhianatan.
Sementara kriminal yang turut terlibat dalam aksi ini adalah seorang peretas yang sudah menjadi buruan FBI, yaitu Alexsey Belan. Ia sempat ditahan di Eropa pada Juni 2013, namun melarikan diri ke Rusia sebelum diekstradisi ke AS. Satu kriminal lainnya adalah Karim Baratov, yang lahir di Kazakhstan tapi memiliki kewarganegaraan Kanada. Baratov telah ditangkap di Kanada pada Mei 2017.(red/tek)