MERDEKA

Dibaca: 204 x


Abu Hanifah – Aktivis KAHMI

Tanpa mengurangi rasa syukur tehadap Kemerdekaan Republik Indonesia, ditengah berbagai capaian dan kemajuan yang didapat, kita perlu terus berbenah diri, bergerak dan memperbaiki, yang salah

dibetulkan, yang bengkok diluruskan, yang berlubang ditambalkan, yang kotor dibersihkan, sebab makna kemerdekaan itu adalah:

Kesatu, Bersatu padu, satu menyatu, bahu membahu mengisi kemerdekaan dengan sepenuh hati, bersyukur pada Ilahi karena merdeka bukan hanya perjuangan hidup atau mati melainkan karena andil Allah Robbul Izzati seperti terpatri dalam pembukaan teks kemerdekaan ibu pertiwi.

Kedua, Para pemimpin jangan sampai lupa sumpah dan janji, ingin mengabdi bukan korupsi, ingin memperbaiki bukan merusak, ingin menenangkan bukan menakutkan, ingin membahagiakan bukan menyengsarakan, ingin melindungi bukan menzalimi, ingin mensejahterakan bukan memiskinkan, ingin menghargai bukan tangan besi dan menjadi tirani.

Ketiga, Para pemuka agama jangan menjadi pendusta, menjual ayat demi kepentingan dunia semata, bukan menenangkan umat malah meresahkan, menyakiti hati umatnya sendiri, bicara didepan umat luar biasa pembelaannya, berbicara dengan penguasa luar biasa penurutnya, tugas pemuka agama meluruskan dan mengingatkan, bukan malah menyesatkan dan menghancurkan.

Keempat, Jangan jadi penjilat dan penghianat, karena ulah penjilat dan penghianat kemerdekaan begitu berat didapat, darah pahlawan tertumpah lebih banyak dibumi pertiwi, tak sanggup rasanya lagi menyaksikan penderitaan anak negeri karena ulah penjilat dan penghianat yang bermuka dua, menikam dari belakang, menggunting dalam lipatan.

Kelima, Jangan butakan mata kita, tengok sekeliling kita masih banyak masyarakat yang menderita, miskin dan papa, tak punya rumah tempat berteduh, tak punya beras untuk di tanak, tak punya biaya untuk berobat, hidup melarat tiada berkesudahan menunggu nasib dan tuah badan, bantu dan bebaskan mereka.

Keenam, Tanamkan tekad, bulatkan niat membangun negeri menjadi mandiri, bukan terasing dinegeri sendiri atau diusir dari negeri sendiri bahkan membangun negeri orang dalam negeri sendiri, jadilah negeri dalam negeri, jikalau kita sehat dan waras pasti tak mau ditengah negeri yang masih banyak rakyatnya menderita berdiri pula sebuah negeri khusus untuk orang kaya raya, pemiliknya hanya hitungan jari namun kekayaannya sama dengan harta separuh penduduk negeri, itulah ketimpangan nyata yang terjadi.

Ketujuh, Berpeluh membangun negeri, jangan berpangku tangan lagi, mari satukan hati agar negeri menjadi madani, maju berjaya dan berdikari, pantang mengeluh, meski tangan melepuh. Peluh yang mengalir menjadi saksi bahwa kita ingin mandiri, jangan lagi menyerah dengan penjajah yang sudah berubah wajah, dulu kasar sekarang halus, dulu mudah dikenal sekarang samar-samar, dulu bahasanya asing sekarang bahasa pribumi, jangan lengah tetap waspada.

Kedelapan, Jadikan perempuan sebagai tiang negeri, jangan pernah menghina apalagi mencaci, jangan hanya dikirim sebagai TKI tanpa dijaga dan dilindungi, apalagi sampai dieskploitasi. Ditangan mereka lahir generasi terbaik negeri ini, dan perempuan paling tahan ujian dan penderitaan demi membahagiakan keluarga tercintanya, wajar saja jika Allah SWT, “meletakkan” Syurga di kakinya, negeri ini merdeka juga berkat pejuang perempuan dan para syahidah yang bertempur pantang mundur. Muliakan mereka, berdayakan mereka, jaga mereka, lindungi mereka dan bahagiakan mereka.

BACA JUGA  Pendaftaran Peserta Lomba Tari Melayu, Lagu Melayu dan Puisi Ibrahim Sattah Dibuka

Kesembilan, Mari bergandengan tangan selamatkan negeri dari perusak lingkungan, hukum berat para pembakar dan pembalak hutan, hutan kita sudah semakin gersang dan tandus, sehingga sering memunculkan bencana lingkungan, tanah lonsong, banjir bandang jika dimusim hujan dan kekeringan yang parah jika musim kemarau. Jangan karena perusahaan besar, pemodal besar atau dibeking orang besar aparat jadi takut bertindak sehingga rakyat bergerak , petaka tak dapat ditolak dan akhirnya merugikan semua pihak.

Kesepuluh, Penuh optimisme untuk ikut berpartisipasi membebaskan negeri dari berbagai jenis penyakit, mulai penyakit masyarakat, penyakit pejabat hingga aparat dan penyakit penguasa, mari bantu bebaskan negeri dari berbagai macam penyakit yang masih menggerogoti, kemerdekaan harus diisi dengan kontribusi anak negeri dalam berbagai bidang yang ditekuni, minimal kita bukan bagian dari penyakit apalagi sampai menjadi virus ganas yang terus menulari, jika kita tidak mampu berbuat apa-apa minimal berdo’a dalam hati.

Kesebelas, Bebaskan negeri dari hutang yang menumpuk, hutang negeri sudah tak terbilang lagi, setiap tahun bertambah-tambah, yang paling parah berhutang hanya untuk bayar hutang, apa jadinya jika kita tak mampu bayar hutang, Negara tergadai, harta benda dan kekayaan kita disita atau bahkan diambil paksa, sudah banyak contoh negeri lain yang bangkrut karena tak mampu bayar hutang, miris rasanya setiap kali mendengar pernyataan penguasa dan pengambil kebijakan, katanya jangan khawatir hutang kita masih kecil, bisa dicicil, kita berhutang untuk membangun infrastruktur agar rakyat bertambah makmur, nyatanya hutang menumpuk rakyat jelata makin terpuruk.

Keduabelas, Bebaskan lautan kita dari para penyamun ikan dan harta karun, jangan lagi dibuka pendaftaran untuk kapal asing mejadi perompak ikan, bukan hanya ikan yang dijarah, terumbu karang juga musnah, yang mereka hancurkan dengan jaring dan pukat yang mengangkat semua ikan, dari ikan teri sampai ikan pari, dari ikan tuna sampai tenggiri, ikan besar kecil, ikan bawah, tengah dan atas diangkut tanpa terkecuali, itulah pekerjaan para pencuri, perompak menguras habis kekayaan bahari. Harta karun apalagi, yang bernilai tinggi tiada hari siang dan malam terus dicuri, digasak dengan tehknologi tinggi, merekalah lanun sejati, perompak harta karun milik negeri.

BACA JUGA  Premier Oil Tetap Jalankan CSR untuk Masyarakat Anambas, Walau Pandemi

Ketigabelas, Bebaskan negeri dari korupsi, korupsi ibarat api yang menghanguskan sendi-sendi kehidupan bangsa ini, hukum seberat-beratnya para koruptor yang terbukti merampok kekayaan negeri untuk kesenangan dan memperkaya pribadi, kelompok dan golongan, berapa banyak penderitaan dan kesengsaraan rakyat karena dananya habis diembat, tak terhitung pembangunan jalan ditempat karena duitnya di sikat, susah rakyat negeri untuk sejahtera jika koruptornya masih merajalela.

Keempatbelas, Bebaskan negeri ini dari upaya kriminalisasi, dan intimidasi para ulama, tokoh agama dan anak bangsa yang kritis terhadap negeri, bebaskan negeri ini dari upaya penodaan, penghinaan dan pelecehan terhadap agama apapun , terlebih Islam sebagai Agama mayoritas, janganlah terus dicaci, dinodai, marilah saling menghargai, saling menghormati apalagi pilihan agama sebagai pilihan pribadi dan sangat sensitive terhadap masing-masing ummat, aparat harus tegas jika ada pelecehan terhadap agama apapun harus ditindak dengan hukuman yang setimpal jangan biarkan mereka bebas menghujat seperti negeri tanpa Tuhan dan tanpa Agama, negeri kita masih Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa.

Kelimabelas, Bebaskan negeri dari sekulerisme, liberalisme, kapitalisme dan isme-isme sesat lainnya yang terbukti merusak dan menghancurkan tatanan kehidupan berbangsa, bernegara dan beragama, bebaskan negeri ini dari budaya sekuler, liberal dan kapitalis karena dipastikan negeri ini akan kembali terjajah jikalau sendi-sendi budaya sendiri sudah goyah, Pancasila adalah dasar negeri yang harus jadi saripati, kompas dan tuntunan negeri.

Keenambelas, Bebaskan negeri dari aktivitas, paham dan atribut PKI, yang terbukti menjadi penghianat dan perusak negeri, membunuh, menghancurkan, memfitnah dan mengadu domba merupakan keahlian PKI yang harus diwaspadai dan dijauhi, bebaskan negeri dari lambang palu arit sebagai simbol kedurjanaan PKI, tidak boleh lagi di negeri ini ada PKI, jangankan PKI yang berbau-bau PKI saja tidak boleh hidup lagi dan itu merupakan harga mati.

Ketujuhbelas, Bebaskan negeri ini dari ketimpangan dan kemiskinan , meski 72 tahun sudah merdeka, tapi masih banyak rakyat menderita, miskin dan hidup papa, minimal hampir separuh rakyat negeri ini hidupnya terus terpuruk dari hari-kehari, dengan penghasilan maksimum Rp.300.000 setiap bulan, jika batas miskin kita rubah sedikit dengan penghasilan 1-2 juta perbulan maka pastilah lebih dari separuh penduduk negeri ini yang masih miskin dan melarat. Sedihnya ditengah kemiskinan dan hidup menggantang asap ada segelintir orang dinegeri ini yang bisa dihitung dengan jari tangan dan tak perlu masuk jari kaki, kekayaan mereka sama dengan sekitar 100 juta penduduk negeri . Bukan timpang lagi tapi sudah pincang dan hampir tumbang karena tak mampu menahan beban hidup yang semakin hari semakin membebani.

 

Merdeka… Merdeka…. Merdeka.. !!!!!!!!

Abu Hanifah, 17 Agustus 2017

Aktivis KAHMI



Terhubung dengan kami

     


Pasang Iklan Banner klik DISINI