Laporan Selamat Dani, Kontributor ANAMBASPOS.com Jemaja
ANAMBASPOS.com, JEMAJA – Pelajar Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP N) I Jemaja yang tingal di Kampung Air Sungkit Desa Batu Berapit Kecamatan Jemaja hingga saat ini masih menggunakan Jongkong (sampan kecil, red) sebagai sarana teranportasi ke sekolah. Hal tersbut karena belum adanya akses jalan darat dari tempat tinggal mereka menuju sekolah.
“Pakai Jongkong Pak, setiap hari. Rase penat juge tapi ape boleh buatlah Pak, nak sekolah,” tutur Jamal salah seorang pelajar SMP N I Jemaja yang tinggal di Kampung Air Sungkit kepada ANAMBASPOS.com, ketika dijumpai di sela-sela perjalanannya menuju sekolah, Rabu (08/08/2018).
Setiap harinya, Jamal menuturkan bahwa dia dan beberapa teman-temannya yang tinggal di Kampung Air Sungkit, tepatnya di RT 10 / RW 11 dan RW 12 itu, harus bangun lebih awal. Sebab jarak tempuh dari tempat mereka tinggal itu ke kampung sebelahnya yakni Kampung Teluk Kaut yang sudah memiliki akses jalan darat, menghabiskan waktu sekitar setengah jam.
“Jam lima lewat tiga puluh menit kami sudah harus mengayuh Jongkong. Jadi harus bangun subuh. Kalau tidak begitu, terlambat sampai ke sekolah,” imbuh Jamal pula.
Jamal menceritakan, meski sudah mengayuh Jongkong sekitar setengah jam, namun dia dan teman-temannya itu belum langsung sampai ke sekolah yang dituju. Baru sampai di kampung sebelah. Mereka harus berjalan kaki lagi sekitar 20 menit, baru sampai di sekolah.
“Harus berjalan kaki lagi. Sekitar dua puluh menit lah, baru tibe di sekolah. Nanti nak balek lagi begitu juge, menjelang Asyar lah baru sampai di rumah, ” tuturnya dalam dialeg bahasa setempat.
Orang tua mereka pun mengaku cemas. Terlebih lagi, apabila masuknya musim utara. Angin kencang dan hujan lebat. “Selalu cemas pak. Apelagi kalau lah musim Utare tibe. Angina kencang dan hujan lebat. Kadang mereka terlambat sampai di rumah, basah kusup kenak hujan,” keluh Wati, salah satu orang tua dari mereka.
Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat Pemantau Kebijakan Publik Provinsi Kepulauan Riau (LSM- FPKP2 –KR) Kordinator Wilayah (Korwil) Kepulauan Anambas, Muslim menilai kondisi itu seharusnya tidak lagi terjadi di Kepualuan Anambas.
“Sungguh terlalu, zaman now di Anambas ini masih ada pelajar naik jongkong ke sekolah. Di mana hati nurani pemerintah?” tanya Muslim.
Dia meminta pihak pemerintah terkait untuk tidak ‘tutup mata’ melihat fakata dan realita tersebut.“Pemerintah terkait jangan tutup mata. Itu fakta dan realita yang terjadi di negeri ini. Mesti ada solusi yang nayata,” desak Muslim.
Menyikapai kondisi itu, pihak Desa Batu Berapit pada beberapa tahun yang lalu, sudah mencoba melakukan pembukaan badan jalan menghubungkan dua kampung tersebut. Namun karena keterbatasan anggaran badan jalan tersebut belum rampung dan belum bisa dipergunakan.
“Sudah kita coba bukak badan jalanya. Tapi medannya sulit karena berbukit dan berbatu. Selain itu, panjangnya juga lumayan, yakni lebih kurang dua kilo meter. Kita keterbatasan anggaran,” ungkap Kepala Desa Batu Berapit, Umar Lisman menjawab media ini.
Sebagaimana diketahui pada beberapa tahun sebelumnya, ada sarana tranportasi laut yang disediakan oleh Pemkab Kepulauan Anambas. Namun saat ini tidak jelas lagi program tersebut. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Anambas, Ir.Nurman, M. Si hingga berita ini diposting belum diperoleh tanggapannnya, meski sudah dicoba dikonfirmasi melaluai telephon selulernya.(Dani/Red)