PERNYATAAN DARI SULTAN RIAU
Satu perjanjian, penawaran penandatanganan perjanjian yang lain.
Kepada editor Straits Times.
Pak, Saya akan merasa sangat berterima kasih apabila anda bisa memberikan sedikit ruang di koran anda untuk masalah yang berkenaan dengan penurunan tahta saya baru-baru ini. Sebagai balasan pengumuman resmi surat kabar dari pemerintah netherland India yang di publikasi oleh anda tertanggal 11 february.
Selama pemerintahan saya, saya dan pemerintahan saya selalu berusaha untuk bekerja dengan setia dan selaras dengan pemerintahan belanda, berkenaan dengan perjanjian yang secara berkala yang dibuat oleh pihak kedua. Mengurangi kekuasaan dan hak istimewa saya dari waktu ke waktu, Setiap perjanjian-perjanjian yang berhasil mengambil semakin banyak kekuasaan dari administrasi kekuasaan dari tangan saya, dan memindahkan mereka kepada administrasi resmi pemerintahan belanda.
Semua perjanjian-perjanjian yang sudah berhasil ini sudah di tanda tangani dan dalam hal ini sudah saya amati dengan sebenar-benarnya. Menyadari sebagaimana yang telah saya lakukan, dari dua buah kekuasaan bahwasannya yang paling lemah harus menyerahkan kepada yang lebih kuat. Dan menyadari keinginan untuk tetap tinggal mengikuti kekuasaan perlindungan yang sudah di perpanjang terhadap saya, yang telah diserahkan kepada pendahulu saya sejak lama sebagai perintah untuk melanjutkan kekuasaan itu dengan tidak terlalu kasar dan beralasan yang tepat.
Beberapa bulan yang lalu, Perjanjian yang baru telah diajukan oleh penduduk riau yang telah datang ke istana saya pulau penyengat dan membaca perjanjian yang diajukan dengan saya sebagai saksi dan para menteri. Setelah berkonsultasi dengan pemerintahan saya, Telah diputuskan bahwasannya saya harus menandatangani perjanjian pada tanggal 26 desember 1910 . Para penduduk mengantarkan saya untuk memproses perjanjian ini ke tanjung pinang untuk menandatangani.
Kemudian saya membaca perjanjian itu dan menemukan bahwasannya perjanian ini tidak sama dengan yang saya baca sebelumnya dengan para menteri. Tetapi para penduduk bagaimanapun juga memaksa saya untuk menandatanganinya. Saya menolak melakukannya sampai saya berdiskusi dengan para menteri. Pada saat yang bersamaan saya meminta para penduduk untuk mengirimkan copy dari surat perjanjian tersebut untuk diteliti.
Beberapa hari kemudian copy dari perjanjian itu telah diserahkan kepada aaya dan melakukan pertemuan dengan para menteri yang benar-benar terkejut pada isi perjanjian tersebut, yang dengan tidak mengurangi rasa hormat saya banyak sekali perjanjian yang tidak sesuai dengan perihal perjanjian yang sebelumnya kami baca. Pada perjanjian yang terakhir ini semua kekuasaan saya sebagai sultan di ambil dari saya dan jabatan saya di turunkan menjadi kepala adat biasa. Semua administrasi pemerintahan diambil dari tangan saya dan ditinggalkan tanpa kekuasaan dan otoritas di tanah nenek moyang saya sendiri. Sementara pendapatan yang saya terima setiap bulannya sebagai ganti hilangnya keuntungan yang saya dipaksa untuk menandatangani kepada pemerintahan belanda , sekarang dikurangi.
Secara resmi saya disarankan kepada para menteri untuk membalas pengajuan perjanian yang terlalu berat dan terlalu membebani dan menanyakan bahwasannya perjanjian tersebut yang berisi hal-hal yang terlalu memberatkan harus di ubah. Permintaan saya selajutnya bahwa balasan saya harus diserahkan kepada Gubernur jendral idies timur untuk dipertimbangkan.
Pada tanggal 6 february 1911, saya pergi ke lingga untuk sebuah tugas yang berkenaan dengan kasus pembunuhan dan pada 8 februari saya kembali ke riau melaui selat panjang dimana saya menginap 1 malam. Pada tanggal 9 february, ketika hampir tiba di riau saya bertemu dengan kapal pemerintah belanda “braca” dan di informasikan bahwa saya diberhentikan.
Sampai sekarang saya belum mendapatkan balasan apapun terhadap permintaan atas perjanian asli yang sudah disusun untuk ditandatangani. Pada saat ketibaan saya di riau, saya dikejutkan dengan melihat 3 kapal perang yang sudah menempatkan tentara-tentara di pulau penyengat.
Belakangan ini ada yang membuka paksa gudang bensin dan 2 gedung lain yang diperkirakan untuk mencari persediaan senjata dan amunisi. Bahkan penduduk pernah menanyakan saya bahwasannya saya menyembunyikan 700 senjata dan amunisi.
Tidak perlu dikatakan lagi, saya tidak mmpunyai senjata dan amunisi dan tidak ada satupun yang ditemukan. Seorang petugas dari ekspedisi menyampaikan ketergangguannya atas perintah yang tidak membuahkan hasil. Sebagai sultan dan menteri-menterinya serta subject yang ditemukan sangat setia terhadap pemerintah belanda dan tidak ada tanda-tanda persiapan tempur apapun ditemukan.
Saya percaya bahwasannya anda akan mempublikasi pernyataan saya ini dengan sebenar-benarnya di surat kabar anda, dimana saya tidak menerima tuduhan dari surat kabar pemerintah netherland india, bahwa saya merencanakan perseteruan dengan pemerintah belanda yang tidak terbantahkan.
Pencalonan cucu saya, seorang anak laki-laki berusia 10 tahun sebagai sultan, yang memungkinkan pemerintah belanda untuk menempatkan diri tanpa pertanyaan lebih lanjut tentang perjanian dan memindahkan ke tangan mereka semua otoritas, pengumpulan semua pendapatan, pertambangan dan izin-izin yang lain. Keinginan yang menjadi dasar atas pelepasan tahta saya.
RAJA ABDURRAHMAN BIN MOHAMMAD YUSUF
Sumber : Street Times Newspaper tanggal 15/02/1911
dibawah ini adalah kopian dari street times newspaper